17.7.11

Kesetiaan ?


Siapapun didalam dunia ini, hampir semuanya memerlukan yang namanya KESETIAAN, didalam segala hal.
Baik itu kesetiaan kepada pasangan, kesetiaan kepada sesame, kesetiaan pada suatu janji atau sumpah atau apapun, bahkan, kepada Tuhan-pun kita dituntun untuk setia !

Hendaknya pula apabila kita memang benar setia, memang kita setia karena kita mengasihi dia yang kita cintai/kasihi/sayangi, bukan karena kita takut atau paksaan baik itu dari dalam diri kita maupun dari luar diri kita.

Semakin setia kita kepada seseorang atau kepada siapapun itu, berarti menunjukkan seberapa besar sayang kita kepada orang yang kita kasihi itu, menunjukkan seberapa pentingnya dia dalam hidup kita, bahkan menunjukkan seberapa dalamnya perasaan kita kepada dia.

Ada suatu kisah nyata, tentang kesetiaan atau loyalitas se-ekor anjing kepada tuannya, di daerah Edinburgh, Skotlandia. Ada seorang petani yang bernama John Gray yang hanya hidup sendiri ditemani oleh anjing kecilnya, setiap hari selama hidupnya, John selalu bersama-sama anjingnya apabila ia sedang bekerja di ladang, pergi ke pasar untuk menjual hasil taninya, ataupun pergi ke kota denga menggunakan kereta untuk berbelanja. Karena amat setianya anjing tersebut pada pemiliknya, maka anjing inipun sudah hafal rute atau jalan-jalan mana di daerah tersebut yang pasti dilalui oleh tuannya tersebut.  Suatu, hari John hendak pergi berbelanja ke kota dengan menggunakan kereta dari stasiun seperti biasanya, entah mengapa pada hari itu, ia tidak mengajak anjing kesayangannya itu untuk pergi bersama dia, melainkan ia hanya mengunci anjingnya itu didalam rumahnya. Ketika John hendak kembali dari kota, suatu peristiwa naas menimpanya, yang mengakibatkan John meninggal, ketika John wafat, tidak ada seorangpun yang mengetahui tentangnya, sehingga ia dimakamkan dengan nisan tanpa nama. Lepas dari tentang John, di rumahnya, sang anjing setia itu mulai gelisah, ia berusaha meronta keluar dari rumah karena ia tahu, bahwa ini tidak seperti biasanya, berhasilah ia keluar dari jendela, selama beberapa jam, dengan mengandalkan penciumannya ia terus menyusuri daerah tersebut, bahkan hingga ke kota, hebatnya, Anjing tersebut berhasil menemukan makam tuannya dan orang-orang di kota itu mengetahui bahwa yang meninggal itu adalah petani John dari desa, mulai sejak saat itulah anjing ini tidak pernah dan tidak mau beranjak dari makam sang tuan, kecuali ketika anjing itu merasa lapar, karena disana ada seorang tukang daging yang baik hati untuk member makan anjing itu. Anjing setia tersebut setia menjaga makam tuannya selama 14 tahun, bahkan ia dikuburkan bersama tuannya. Suatu memorial statue dibangun untuknya yakni sebuah air mancur, demi menghormati LOYALITAS anjing tersebut !

Lepas dari cerita tersebut, kita dapat belajar bahwa (maaf!) terkadang anjing jauh lebih setia daripada manusia !
Terutama dalam hal kesetiaan kita kepada Tuhan. Seringkali kita setia kepada Tuhan karena hanya takut kalau-kalau nanti Tuhan marah kepada kita, kita setia pada Tuhan agar Tuhan senantiasa memberikan berkatNya pada kita, atau berbagai macam alasan kita setia padaNya. Tapi lihatlah ! semuanya itu karena ada alasannya ! bukan berasal dari ketulusan hati melainkan karena ada faktor A,B, dan C, bahkan mungkin ada banyak alasan lainnya lagi.
Hal ini sama seperti manusia yang setia pada atasannya saja, ia setia agar dapat naik pangkat, ia setia agar bias naik gajinya, ia setia agar ini dan itu, dan ia setia karena TAKUT.

Hal ini tidak sepatutnya dan tidak sepantasnya terjadi pada kita umat Kristen, yang mengaku dan meng-klaim dirinya sebagai orang percaya,orang beriman, orang ini dan itu dengan berbagai gelar-gelar imannya yang serba “ber”

Nabi Hosea, pada kitabnya yaitu Kitab Hosea 12:7 menuliskan tentang kesetian Umat Tuhan pada Tuhan Allah yang berbunyi Engkau ini harus berbalik kepada Allahmu, peliharalah kasih setia dan hukum, dan nantikanlah Allahmu senantiasa” Kata kasih, bukan hanya sebatas tulisan atau wacana atau bahkan mungkin menjadi pemanis bibir saja, melainkan sungguh-sungguh di-ekspresikan dan di wujud nyatakan dalam seluruh rangkaian hidup kita ini. Kesetiaan dan setia adalah seharusnya menjadi karakteristik yang khas dari umat Allah yang mengaku dirinya serba “ber” dalam hidup keber-imanannya

Pada masa pra-paskah yang suci dan indah ini, kita diberikan contoh hidup dan nyata dari seorang Anak Manusia, yang lahir dari seorang Perawan Maria, Ia yang adalah seorang Raja dari segala raja, Ia yang merupakan pencipta dunia ini, tapi Ia tetap setia kepada ciptaanNya meskipun kita sungguh sangat berdosa tapi Ia mau lahir ke dunia yang hina ini untuk menyelamatkan kita dari dosa dan maut, lewat wafatNya diatas kayu salib. Dari situ, kita dapat meneladai Yesus sebagai teladan umat beriman bahwa Ia sungguh-sungguh dan sangat setia kepada kita bahkan Ia tidak mau melepaskan kita kepada maut karena kesetiaanNya itu Ia harus menderita. Dan sekali lagi, Kristus setia kepada kita TANPA BERSYARAT !

Oleh sebab itu, Kesetiaan bagi kita umat beriman adalah bukan suatu yang bias ditawar-tawar, bukan pula sebuah pilihan, bukan pula karena paksaan dari factor A,B,C dan sebagainya melainkan kesetiaan itu bagi kita ialah Mutlak keharusan, namun sungguh sangat disayangkan, seringkali yang kita jumpai pada saat ini, ialah Kesetiaan itu hanya menjadi pilihan saja. Akibatnya orang yang setia menjadi begitu langka, hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh kitab Amsal 20:6 “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?”

Ketika kita setia pada sesuatu yang amat kita sayangi karena kita menganggap itu merupakan sesuatu yang berharga dan bernilai dengan tanpa paksaan atau intervensi dari berbagai pihak, dapatkah juga kita ini, setia kepada Allah, yang sudah rela memberikan nyawaNya kepada kita demi member hidup baru kepada kita, tanpa ada alas an-alasan ini dan itu ?? Bukankah acapkali dalam bibir ini kita mengatakan bahwa Tuhan itu sangat berharga bagi kita?

Kesetiaan umat kepada Tuhan, sangat begitu diharapkan ada disetiap umatNya yang beriman pada Dia, seperti yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus kepada ahli taurat dan orang-orang farisi di zamannya (bahkan juga, mungkin berlaku bagi kita-kah?)

Sama seperti kisah anjing diatas tersebut, mampukah kita setia pada Allah seperti itu? Biarlah anda sendiri yang menjawabnya dalam hati dan itu semua tulus sejati keluar dari hati yang mengaku.

Nyanyian refleksi:
PKJ 154 “Setiakah diriku padaMu Tuhanku?”

Setiakah diriku padaMu Tuhanku
Dan siapkah hatiku mengiringMu terus?
‘ku harus mengaku tidak tekun, semangat pun
Rentan, dan jiwaku yang rapuh, membuatku bercela


Our loyalty to God is not  tested when everyone is strong, but when they are not and you still are

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thank's for your comment