17.7.10

Kisah lukisan "Tangan Yang Berdoa"


Sekitar tahun 1490, ada 2 orang sahabat muda, Albrecht Durer dan Franz Knigstein, yang sedang berusaha keras untuk menjadi pelukis. Karena mereka miskin, maka mereka pun bekerja demi dapat membiayai sekolah seni yang sedang mereka ikuti.
Ternyata, waktu mereka habis untuk bekerja, sedangkan penghasilan mereka pas-pasan. Akhirnya mereka mencapai kesepakatan: Mereka akan membuang undi. Salah satu akan bekerja untuk membiayai kehidupan mereka berdua, sedangkan yang lainnya akan meneruskan belajar seni. Albrecht memenangkan tiket untuk belajar, sedangkan Franz bekerja sebagai buruh kasar.

Merekapun bersepakat, setelah Albrecht berhasil sebagai pelukis, ia akan membantu Franz untuk belajar seni.
Albrecht pergi ke sebuah kota di Eropa untuk belajar seni. Seperti yang diketahui oleh dunia, Albrecht bukan saja punya talenta sebagai pelukis, tetapi ia juga seorang yang jenius di bidangnya. Saat Albrecht telah meraih sukses, ia kembali kepada sahabatnya, Franz, untuk memenuhi janji mereka. Tetapi yang ditemui Albrecht adalah harga mahal yang harus dibayar oleh Franz. Franz yang bekerja sebagai buruh kasar kini mengalami kaku dan bengkok pada jari-jari tangannya. Tangan Franz telah hancur selamanya. Ia tak dapat lagi memegang kuas, apalagi menggoreskannya untuk sebuah karya seni yang indah. Meski impiannya menjadi pelukis tidak terwujud, Franz sangat gembira dan bahagia atas keberhasilan yang diraih temannya.

Suatu hari, Albrecht mengunjungi sahabatnya ini secara diam-diam. Ia menemukan Franz yang sedang berlutut, mengatupkan jari-jari tangannya yang telah kaku dan bengkok, khidmat berdoa untuk kesuksesan sahabatnya, meski ia sendiri tak akan mungkin lagi menjadi seorang pelukis. Albrecht Durer, si jenius, tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia langsung membuat sketsa tangan sahabat sejatinya yang sedang berdoa. Belakangan, setelah selesai menggarap lukisan itu, Albrecht memberi judul lukisannya “Tangan Yang Berdoa”.

Kini, galeri-galeri lukisan di dunia memamerkan karya-karya Albrecht, tak
terkecuali lukisannya “Tangan Yang Berdoa” yang menyimbolkan kasih, pengorbanan, kerja keras, dan rasa terima kasih yang dalam. Lukisan itu
juga mengingatkan dunia akan kekuatan, penghiburan, dan kelegaan yang didapat karena berdoa



Sumber : "Stories for the extreme teen's heart, Compiled by Alice Gray, Multnomah Publisher, USA, 2000
»»  READMORE...

15.7.10

15 Thing that God won't ask !


God won’t ask what kind of car you drove, but will ask how many people you drove who didn’t have transportation.God won’t ask the square footage of your house, but will ask how many people you welcomed into your home.
God won’t ask about the fancy clothes you had in your closet, but will ask how many of those clothes helped the needy.
God won’t ask about your social status, but will ask what kind of class you displayed.
God won’t ask how many material possessions you had, but will ask if they dictated your life.
God won’t ask what your highest salary was, but will ask if you compromised your character to obtain that salary.
God won’t ask how much overtime you worked, but will ask if you worked overtime for your family and loved ones.
God won’t ask how many promotions you received, but will ask how you promoted others.
God won’t ask what your job title was, but will ask if you reformed your job to the best of your ability.
God won’t ask what you did to help yourself, but will ask what you did to help others.
God won’t ask how many friends you had, but will ask how many people to whom you were a true friend.
God won’t ask what you did to protect your rights, but will ask what you did to protect the rights of others.
God won’t ask in what neighborhood you lived, but will ask how you treated your neighbors.
God won’t ask about the color of your skin, but will ask about the content of your character.
God won’t ask how many times your deeds matched your words, but will ask how many times they didn’t.....
»»  READMORE...

7.6.10

Iri Hati


Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Ada sebuah kisah di Jeram Niagara, beberapa burung sering menukik mengambil air minum yang bersih. Tanpa mereka sadari, beberapa tetes air kecil jatuh di sayap mereka. Ketika hendak minum lebih banyak, tetesan air makin banyak jatuh ke sayap mereka sampai akhirnya mereka tidak kuat lagi dan tiba-tiba jatuh.

Iblis tidak selalu berusaha menjatuhkan kita dengan "dosa besar". Acap kali ia memakai "dosa kecil" untuk membuat kita jatuh. Memang, dosa tersebut tidak serta merta membuat kita jatuh. Tetapi setelah terkumpul cukup banyak, kita akan mengalami kejatuhan yang fatal.

Salah satu "dosa kecil" adalah iri hati. Suatu hari Iblis menyuruh anak buahnya menggoda petapa dari Afrika Timur. Namun petapa yang sudah terlatih ini tidak mudah digoyahkan. Akhirnya Iblis turun tangan sendiri. Ia mendekati petapa itu dan berbisik,, "Saudaramu baru saja diangkat menjadi uskup." Mendengar berita itu, seketika itu juga si petapa marah dan iri hati, "Mengapa bukan aku yang dipilih? Bukankah aku lebih senior, lebih cakap, dan lebih rohani?"

Iri hati merupakan senjata Iblis yang paling ampuh untuk mengalahkan orang yang mengejar kekudusan. Karena itu, jangan pernah izinkan hati ini dipenuhi oleh dosa-dosa kecil, karena jika kita tidak berhati-hati, dosa kecil itu justru akan berakibat fatal. Mari kita perangi dosa dengan berkata, "Tidak!" untuk setiap tawaran Ib
lis
»»  READMORE...

Keberanian yang mengubah segalanya


Alkisah, disuatu kolam yang kini airnya hampir tidak ada lagi, hidup seekor katak yang lahir dari keturunan yang baik, baik karena ia mampu lompat cukup jauh, yakni sekita 9 kaki 3 inci.
Suatu ketika ia hendak mencari kolam lain yang airnya masih penuh, serta ditumbuhi bunga-bunga nan indah disekelilingnya dan ditinggali oleh berbagai macam hewan serangga dan binatang-binatang lainnya. Maka dari itu, ia memutuskan untuk pergi dan mencari kolam baru, niatnya itu diikuti oleh semangat yang menggebu-gebu, hari demi hari, minggu demi minggu ia berpetualang untuk mencari kolam yang ia impi-impikan itu. Nyatanya, ia malah masuk kedalam hutan yang hanya ditumbuhi oleh pohon-pohon rindang yang tinggi.

Semangatnyapun mulai turun perlahan-lahan menuju putus asa, ditengah keputus asaannya itu, ia bertemu dengan burung hantu, yang kelak akan menjadi guru serta pembimbingnya. Si burung hantu itu mulai menasihati serta menyemangati sang katak. Banyak nasihat dari burung hantu yang membuat ia semangat dan kembali menggairahkan semangatnya itu, meskipun kadangkala ia merasa tidak mampu, tapi, karena kemauan yang kuat serta niat yang baik, ia pun mampu menjalani petualangannya mencari sebuah kolam yang selama ini ia damba-dambakan.

Hari demi hari berlalu, sang burung hantu selalu mengajarkan bahwa, Keinginan dapat diwujudkan dengan niat serta kemauan yang kuat, karena hidup ini adalah pilihan, apakah kita mau menjalaninya, atau tidak. Hidup bukan diisi oleh peluang-peluang karena itu, hidup ini harus selalu berjuang untuk mendapatkan apa yang kita harapkan, salah satunya adalah kita harus bisa berjuang, berjuang mengatasi rasa takut akan kegagalan dalam mewujudkan impian kita, kita harus bisa mentransformasi rasa takut itu, menjadi berani, berani mengatasinya serta berani dalam menerima resiko-resiko yang akan kita hadapi. Itulah hidup yang sejati ! Ketika kita mampu menjalani semuanya itu, niscaya, kita akan menjadi manusia yang tangguh...
itulah kira-kira rangkuman nasihat-nasihat dari si burung hantu kepada sang katak.

Suatu kali, burung hantu itu memberitahukan kepada katak, bahwa ada tempat (kolam) yang sesuai dengan impian sang katak itu, namun, ada satu halangan besar, yaitu katak mesti melewati Sungai Pelanting (dinamai pelanting, karena banyak orang yang mencoba utk menyebrangi sungai itu, namun seringkali mereka terpelanting karena kuatnya arus).
sekejap, sang katak duduk termenung, mencoba kembali mengingat-ingat motivasi yang pernah diberikan kepadanya.

Sebuah keputusan yang tak terkira pun terlontar, sang katak memutuskan untuk berusaha melewati sungai itu dengan gigih dan berani,tak peduli apa ia akan gagal atau tidak !
Oleh karena itu, beberapa bulan sebelum ia menyebrangi sungai itu, ia terus berlatih, agar otot2 kakinya kuat untuk melompati sungai itu.
Akhirnya, setelah sekian bulan berlatih, kini tiba gilirannya bagi si katak untuk mewujudkan mimpinya serta harapannya itu...

Oleh karena keberanian serta diikuti niat serta kemauan yang kuat, katak itu berhasil melewati rintangan-rintangan itu, meskipun ia harus jatuh-bangun dalam proses untuk melewatinya....Hidupnya kini dipenuhi oleh niat serta gairah dalam menjalani hidup.....

Terkadang kita memiliki impian serta keinginan besar, namun, acapkali pula keinginan kita itu terhambat oleh karena ketakutan kita dalam menerima resiko yang ada didalamnya, ketahuilah, jika kita berusaha menghindari resiko-resiko itu, berarti kita menolak untuk mewujudkan impian kita itu, diperlukan keberanian untuk mau mengambil resiko itu !
Perkara kita gagal atau berhasil, percayalah, bahwa kita sudah mewujudkan sebagian dari impian dan harapan kita....


(Intisari dari buku "PING" karangan Stuart Avery Gold)
»»  READMORE...

4.6.10

Don't see by it looks


Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal di lantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada para pasien yang ke klinik itu.

Suatu petang dimusim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu. Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria dengan wajah yang benar buruk sekali rupanya. “Lho, dia ini juga hampir cuma setinggi anakku yang berusia 8 tahun,” pikirku ketika aku mengamati tubuh yang bungkuk dan sudah serba keriput ini. Tapi yang mengerikan ialah wajahnya, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah., hiiiihh...!

Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata, “Selamat malam. Saya kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi.” Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, tidak ada seorangpun tampaknya yang punya kamar.

“Aku rasa mungkin karena wajahku. Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi..."

Untuk sesaat aku mulai ragu-ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku, “Oh aku bisa kok tidur dikursi goyang di luar sini, di veranda samping ini. Toh bis ku esok pagi-pagi juga sudah berangkat.” Aku katakan kepadanya bahwa kami akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat di beranda.

Aku masuk kedalam menyelesaikan makan malam. Setelah rampung, aku mengundang pria tua itu, kalau-kalau ia mau ikut makan. “Wah, terima kasih, tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan.” Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat. Selesai dengan mencuci piring-piring, aku keluar mengobrol dengannya beberapa menit. Tak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang terlampau besar untuk dijejalkan ketubuhnya yang kecil ini.

Dia bercerita ia menangkap ikan untuk menunjang putrinya, kelima anak-anaknya, dan istrinya, yang tanpa daya telah lumpuh selamanya akibat luka di tulang punggung. Ia bercerita itu bukan dengan berkeluh kesah dan mengadu; malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat! Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupa-rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Allah yang memberinya kekuatan untuk bisa terus maju dan bertahan.

Saatnya tidur, kami bukakan ranjang lipat kain berkemah untuknya dikamar anak-anak. Esoknya waktu aku bangun, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria tua itu sudah berada di veranda. Ia menolak makan pagi, tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, "Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal disini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Saya sungguh tidak akan merepotkan anda sedikitpun. Saya bisa kok tidur enak dikursi."Ia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, "Anak2 anda membuatku begitu merasa kerasan seperti di rumah sendiri. Orang dewasa rasanya terganggu oleh rupa buruknya wajahku, tetapi anak2 tampaknya tidak terganggu."

Aku katakan silahkan datang kembali setiap saat. Ketika ia datang lagi, ia tiba pagi2 jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh2, ia bawakan seekor ikan besar dan satu liter kerang oyster terbesar yang pernah kulihat. Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar. Aku tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi, entah jam berapa ia sudah harus bangun untuk mengerjakan semuanya ini bagi kami. Selama tahun2 ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami ikan atau kerang oyster atau sayur mayur dari kebunnya. Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih. Mengetahui bahwa ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semua itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya, kiriman2 dia menjadi makin bernilai...

Ketika aku menerima kiriman oleh2 itu, sering aku teringat kepada komentar tetangga kami pada hari ia pulang ketika pertama kali datang. "Ehhh, kau terima dia bermalam ya, orang yang luar biasa jelek menjijikkan mukanya itu? Tadi malam ia kutolak. Waduhh, celaka dehh.., kita kan bakal kehilangan langganan kalau nerima orang macam gitu!" Oh ya, memang boleh jadi kita kehilangan satu dua tamu. Tapi seandainya mereka sempat mengenalnya,mungkin penyakit mereka bakal jadi akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu kami sekeluarga akan selalu bersyukur, sempat dan telah mengenalnya; dari dia kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Allah.

Baru2 ini aku mengunjungi seorang teman yang punya rumah kaca. Ketika ia menunjukkan tanaman2 bunganya, kami sampai pada satu tanaman krisan [timum] yang paling cantik dari semuanya, lebat penuh tertutup bunga berwarna kuning emas. Tapi aku jadi heran sekali, melihat ia tertanam dalam sebuah ember tua, sudah penyok berkarat pula. Dalam hati aku berkata,"Kalau ini tanamanku, pastilah sudah akan kutanam didalam bejana terindah yang kumiliki."

Tapi temanku merubah cara pikirku. "Ahh, aku sedang kekurangan pot saat itu," ia coba terangkan, "dan tahu ini bakal cantik sekali, aku pikir tidak apalah sementara aku pakai ember loak ini. Toh cuma buat sebentar saja, sampai aku bisa menanamnya di taman."

Ia pastilah terheran2 sendiri melihat aku tertawa begitu gembira, tapi aku membayangkan kejadian dan skenario seperti itu disurga. "Hah, yang ini luar biasa bagusnya," mungkin begitulah kata Allah saat Ia sampai pada jiwa nelayan tua baik hati itu." Ia pastilah tidak akan keberatan memulai dulu di dalam badan kecil ini." Semua ini sudah lama terjadi, dulu dan kini, di dalam taman Allah, betapa tinggi mestinya berdirinya jiwa manis baik ini.

Bukan yang dilihat manusia, yang dilihat Allah. Manusia melihat apa yang didepan mata, namun Tuhan melihat hati kita..
»»  READMORE...

3.6.10

US$ 20


Suatu ketika, seorang pembicara terkenal, memulai pidato seminarnya dengan menggunakan ilustrasi selembar uang 20 Dollar yang masih baru. Kemudian, ia bertanya kepada seluruh peserta seminar "Siapa yang mau uang ini ?" sambil mengangkat tangannya yang menggenggam uang 20 Dollar itu.
Kemudian ia kembali mengatakan "Saya akan memberikan uang ini kepada anda, namun, izinkan saya untuk melakukan ini" lalu ia mulai meramas-remas uang tersebut hingga uang itu menjadi sangat kumal, kembali pula ia bertanya sambil mengangkat tangannya yang memegang uang itu "Siapa yang masih menginginkannya ?"

"Baiklah" katanya "Bagaimana kalau saya lakukan ini ?" kemudian ia menjatuhkan uang itu seraya menginjak-injak uang itu dengan sepatunya yang agak kotor, hingga akhirnya uang itu menjadi sangat kumal serta kotor.

Kembali lagi ia bertanya "Siapa yang masih menginginkan uang ini ?"

"Saudara-saudari, anda semua telah mempelajari sesuatu yang sangat berharga, tidak peduli pada apa yang saya perlakukan kepada uang ini, namun saya yakin anda semua pasti ingin tetap memilikinya bukan? Sebab, bagaimanapun saya memperlakukan uang ini, nilainya tetap sama, yaitu tetap 20 Dollar. Dalam hidup kita, terkadang kita merasa bahwa hidup kita ini begitu hancur, begitu rusak, dan begitu kotor oleh karena apa yang kita lakukan dan karena lingkungan kita. Kita terkadang merasa begitu tidak berharga, tetapi, apapun dan bagaimanapun yang terjadi dalam hidupmu, ingatlah !, bahwa saudara-saudari sekalian tidak pernah kehilangan nilaimu di mata Tuhan ! Bagi-Nya, bersih atau kotor, kumal atau rapih, anda tetap berharga di mata-Nya."

Mazmur 178 mengatakan bahwa Tuhan tetap menjaga kita sebagai biji mata-Nya yang amat berharga !

Kita ada, karena kita istimewa di mata-Nya...

»»  READMORE...

2.6.10

Berpikirlah Positif


Pada hari Minggu yang lalu, saya menghadiri kebaktian II di gereja dimana saya berjemaat, seluruh rangkaian liturgi ibadah diikuti oleh jemaat dengan baik, meskipun terlihat beberapa jemaat yang datang terlambat, sebagian dari mereka ada yang datang ketika votum, bahkan saat pengakuan dosa, maka, mau tidak mau, merekapun harus mengikuti kebaktian diluar gedung. Ya, tapi ibadah terus berjalan dengan hikmat.

Hari Minggu itu, dalam kalender liturgis gereja saya, jatuh pada pesta perayaan hari Trinitas (beberapa gereja menyebutnya juga dengan hari raya Tritunggal Mahakudus, namun intinya sama) Maka, inti / pusat dari Ibadah pada hari itu adalah membahas tentang ke-Tritunggalan Allah yang mengasihi kita umatNya. Mulai dari lagu pembukaan hingga kolekte umat, semuanya berjalan dengan khusuk dan lancar, dan mata umatpun tertuju pada liturgi dan pelayan sabda dengan baik, maklumlah, beberapa umat ada yang hadir dengan semboya 4D-nya hehehe..
apa itu 4D? yaitu, Datang, Duduk, Diam, Dengar, jadinya belum tentu tertera dihati mereka.

Namun, lepas dari itu semua, ketika perayaan liturgi, memasuki Ritus Pengutusan, 2 orang wanita paruh baya, baru datang mengikuti kebaktian hari itu ! Bayangkan saja, kebaktian dimulai pukul 09.30, namun mereka baru hadir pukul 11.00 !
Tentu saja, hal ini mengundang perhatian jemaat sekitar mereka duduk, satu per satu umat mulai berbisik-bisik pada satu sama lain. Saya yakin, bahwa apa yang dipikirkan oleh jemaat sama seperti apa yang saya pikirkan, yakni, Mereka tidak sopan !
Ya, pasti itu yang ada di benak jemaat sekitar.

Namun, akhirnya saya mencoba melihat dari sisi positifnya....Ya ! akhirnya saya bisa menemukan sisi postifnya !! Yang dapat saya petik dari pengalaman ini adalah, meskipun mereka datangnya sangat telat, namun, mereka setidak-tidaknya masih memberikan usaha mereka untuk hadir pada kebaktian, meskipun sisi negatifnya lebih banyak, tapi setidaknya ada sisi positifnya sedikit bukan?

Terkadang, kita semua, hanya memandang seseorang yang berbuat salah, dari sisi negatifnya, entah dia orang baik atau bukan, namun jika ia melakukan sedikit kesalahan saja, kita sangat mudah untuk menghakimi, bahkan mungkin memaki dia, sebab ! kita tidak mampu memberikan sedikit ruang positif untuk kita lihat, apa yang tampak dominan, itulah yang acapkali menjadi tolok ukur penilaian kita, sedangkan apa yang tampak kecil, kita abaikan....Perlu kita ketahui, bahwa terkadang, apa yang kita lihat kecil dapat mengubah sesuatu yang besar, senada dengan peribahasa dalam bahasa Indonesia "Karena nila SETITIK maka rusak susu SEBELANGA"

Pandangan positif akan sesuatu, pasti akan mengubah seluruh pola pikir kita menjadi positif terhadap sesuatu yang tadinya kita anggap buruk....
»»  READMORE...

Jean Dominique-Bauby



Rasanya kita semua tidak kenal dengan orang yang bernama Jean-Dominique Bauby, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara sangat istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Diving Bell and the Butterfly).
Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut 'locked-in syndrome', kelumpuhan total yang disebutnya 'seperti pikiran di dalam botol'. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak.

Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.

"Bukan main", kata Anda. Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya.

Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barangkali kita harus menangis dulu berhari-hari.

Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap
menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan.

Jadi, "Berapapun problem dan stress dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Jean!"

Apa yang antara lain ditulisnya di memoarnya itu? "I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth". Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu !. Jadi kita yang masih bisa makan roti secuil pun, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean.
Kita bahkan senantiasa mengeluh, setiap hari, sepanjang tahun.

Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita 'locked-in syndrome' untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi "bintang film" alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki Penciptanya, 'to celebrate life', to do something good for others.

Jadi, betapapun kemelutnya keadaan kita saat ini, mereka yang sedang stress berat, mereka yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain atau anggota keluarga, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidup nya tidak terpenuhi, mereka yang jalannya masih terpincang-pincang karena baru saja terinjak paku, mereka yang sedang di-PHK, saya yakin kita masih bisa menelan ludah. Semoga kita semua tidak terus menjadi whiner, pengeluh abadi, manusia yang sukar puas. Kata orang bijak, "Think and Thank", berfikirlah dan kemudian bersyukur lah.


Jika hidup kita hanya dipenuhi dengan keluhan-keluhan, hidup ini tentu akan berasa tidak menyenangkan, namun, apabila anda senantias bersyukur, apa yang anda alami dalam hidup ini, tentu semuanya akan terasa indah....
»»  READMORE...

Kisah 5 Sahabat


Disebuah sekolah yang cukup terkenal di kota New Jersey, sekolah itu terkenal karena siswa-siswi sekolah tersebut berasal dari keluarga bangsawan, konglomerat, pengusaha, pejabat tinggi pemerintahan serta berbagai keturunan orang kaya.

Disekolah itu, 5 orang anak, yang bernama Tiffany, Alex, David, James, dan Anne, mereka semua saling bersahabat satu dengan yang lainnya, manakala mereka mempunyai project dari sekolah, mereka pun mengerjakannya bersama-sama, dan setiap kali salah satu dari mereka berada, disitu pula ketiganya berada.

Tiffany, salah seorang anak pejabat yang cukup terkenal di sekolah itu, karena ayahnya merupakan salah satu donator bagi kelangsungan sekolah itu, cukup bahkan dihormati sekali di sekolah itu. Selain, terkenal dengan kekayaannya, Tiffany pula dikenal sebagai anak yang ramah, dan ringan tangan. Ia tidak menjadi sombong atau angkuh karena kekayaannya itu, oleh karena itu, ia amat di sayangi oleh teman-temannya dan bapak ibu gurunya

Mereka berlimapun (Tiffany, Alex, David, James, dan Anne), selalu bersama berkumpul untuk berakhir pekan bersama, entah itu di Mall, atau hanya sekadar jalan-jalan keliling kota itu. Terkadang mereka menghabiskan waktu untuk bercanda, saling curhat, makan-makan di restoran, menonton di bioskop, berakhir pecan di villa diluar kota milik Tiffany, atau hanya berkumpul di rumah Tiffany.

Hari demi hari pun berlanjut, kini, mereka pun sudah beranjak dewasa,kini mereka duduk di kelas XII High School dan masing-masing mereka akan melanjutkan kuliah di universitas pilihan mereka masing-masing, dan kebersamaan mereka pun masih tetap terpupuk dengan amat baik, bahkan kebersamaan mereka semakin mempererat kebersamaan antar satu dan yang lainnya.

Namun, suatu kala, usaha dari ayah Tiffany mengalami kondisi yang parah menuju kondisi bangkrut, akibat dari krisis ekonomi global, dimana daya beli masyarakat di Negara mereka amat sangat buruk dan terpuruk, saham-saham ayahnya pun mendadak turun drastic, akibatnya, Tiffany yang tadinya orang kaya, berangsur-angsur mulai berkurang kekayaannya bahkan ia menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Lantas, karena kondisi itu, Tiffany pun tidak bisa kembali ikut berkumpul bersama teman-temanya lagi pada akhir pekan, karena keterbatasan dana yang ia miliki sekarang. Apabila dulu yang Tiffany terkenal dengan donasi-donasinya yang besar, kini sudah tidak lagi. Alex, David, dan James, sahabat-sahabat Tiffany ini, yang sering bersama Tiffany dalam setiap keadaan dan situasi, kini mereka bertiga, perlahan-lahan mulai mengabaikan Tiffany, Tiffany tidak pernah lagi diajak kumpul bersama mereka, setiap kali Tiffany menanyakan mengapa ia tidak diajak, acapkali pula 1001 alasan terlontar dari 3 anak itu.

Tentu hal ini membuat Tiffany sedih, namun salah satu sahabatnya, Anne, masih tetap setia bersama Tiffany dalam keadaan apapun, ia masih sering mengunjungi rumah Tiffany, ia pula yang setia menemani Tiffany dalam segala sesuatu.

Suatu ketika, usaha ayah Tiffany, kembali mengalami perkembangan yang baik, sehingga kondisi keuangan keluarga Tiffany, berangsur-angsur mulai membaik. Setelah keadaan ini, ketiga temannya yang tadi Alex, David, dan James, kembali mulai mengajak Tiffany untuk jalan-jalan atau melakukan aktivitas lainnya, berbeda sekali dengan Anne, disaat Tiffany dalam kondisi terpuruk ia tetap berada di samping Tiffany, ia tidak meninggalkan Tiffany oleh karena ia jatuh miskin.

Terkadang, pula kita menjumpai hal yang sama, dimana beberpa orang akan meninggalkan teman karibnya sendiri oleh karena, temannya memiliki kondisi yang buruk, mereka tidak mau merangkul temannya dikala mereka susah, namun disaat senang, mereka akan dengan setia berada disampingnya, dan disaat kondisi yang buruk, mereka berusaha menjauh-sejauh-jauhnya dari kawannya itu.

Sahabat, bukan dilihat dari seberapa sering ia ada bersama dengan kita, atau seberapa dekat ia dengan kita. Sahabat adalah ia yang mau menerima kita dan mau bersama kita dikala kita susah ataupun ketika kita sedang senang….

»»  READMORE...

Kebahagiaan semu...


Pada suatu sore, seorang seorang pemuda, yang umurnya ditaksir kurang lebih 20 tahun, duduk disebuah taman, tepat dipinggir sebuah sungai yang mengalir disekitar taman tersebut, ia duduk sambil mengamat-amati 2 rumah yang berada di seberang sungai itu. Antara 2 rumah itu, terdapat perbedaan yang sangat signifikan, rumah yang satu, adalah rumah yang cukup mewah, dengan pekarangan yang luas dan indah, serta didalamnya terdapat beberapa buah mobil yang cukup bagus, sedangkan disamping rumah itu, berdiri sebuah rumah yang yang kecil, dan tampak usang, tidak memiliki pekarangan dan tidak ada yang menarik disana.

Pemilik dari rumah yang mewah itu ternyata adalah seorang pejabat terkenal di kota itu, sedangkan rumah yang berada tepat di samping rumah itu adalah rumah dari pelayan yang bekerja di rumah mewah itu.

Ketika pemuda itu sedang asyik mengamati kedua rumah itu, datang seorang anak kecil, yang umurnya ditaksir kurang lebih 10 tahunan itu, duduk disamping sang pemuda. Lalu terlontarlah pertanyaan dari seorang anak kecil itu "Kak, apa yang sedang kakak lihat?" Pemuda itu lalu menjawabnya "Kakak sedang melihat kedua rumah yang ada diseberang sungai ini dik...pasti enak ya dik, kalau kita memiliki rumah yang besar itu, beserta dengan pekarangan yang luas dan indah serta memilik mobil-mobil bagus dan pelayan yang banyak, pasti keluarganya sangat bahagia" ucapnya seraya berangan-angan memiliki rumah besar itu.

Ternyata, apa yang dikatakan serta diimpikan oleh pemuda itu tidak sama seperti apa yang diucapkan anak kecil itu, anak itu menimpalinya kembali "wah, kalau aku lebih bahagia berada di rumah yang kecil dan jelek yang berada disamping rumah itu kak!" Dengan kaget dan heran, pemuda itu kembali bertanya "Lho, memangnya kenapa kamu tidak mau memilik rumah yang besar itu??" lalu anak itu kembali menjawabnya "Ya kak, sebab dirumah besar itu tidak ada kebahagiaan yang bisa didapat, setiap hari datang beberapa orang rentenir sebab mereka memiliki banyak utang di bank, sebab mobil serta rumah mereka dibeli secara kredit, namun beberapa bulan ini mereka tidak sanggup membayarnya lagi, karen tuan rumahnya, yang pejabat itu, kini sedang tersandung masalah korupsi di kantornya, setiap hari mereka berada didalam ketakutan bahkan tangisan, karena mereka selalu dikejar-kejar oleh para rentenir serta polisi...oleh karena itu, saya lebih memilih rumah yang kecil dan terlihat jelek itu, disana terdapat kebahagiaan sejati, sebab tidak pernah ada rentenir yang datang kesana, barang yang mereka belipun semuanya tunai, meskipun bukan barang mewah, bahkan setiap anggota keluarganya pun saling bahagia"
Dengan terheran-heran, pemuda itu bertanya kembali "Lho, dik, darimana kamu tahu tentang semuanya itu?" kembali anak itu menjawab "Ya, saya tahu kak, sebab, orang tua saya adalah pelayan dirumah besar itu, setiap hari pula, orang tua saya menceritakan tentang keadaan rumah itu kepada kami. Nah, oleh karena itulah saya tahu tentang keadaan rumah itu"

Lalu, akhirnya, pemuda itu kembali merenung sejenak tentang apa yang selama ini ia kira, ternyata tidak semuanya itu indah.

Terkadang apa yang kita lihat dari luarnya itu enak, ternyata didalamnya tidak sama seperti apa yang kita bayangkan, hal itu pula yang sering terjadi pada kita, kita acapkali melihat sesuatu, kita selalu melihat dari luarnya saja, karena menurut kita indah,bagus,mewah, dan sebagainya, namun didalamnya kita pun tidak pernah tahu, karena pikiran kita terbentuk dengan anggapan, sesuatu yang besar dan indah itu pasti baik adanya, sedangkan yang kecil dan kurang elok, kita hanya memandang sebelah mata.

Inilah yang dikatakan dengan "Kebahagiaan yang Semu"
»»  READMORE...

1.6.10

Doa seorang remaja :D

»»  READMORE...

Kisah 3 Pohon


Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka.

Pohon pertama berkata, "Kelak aku ingin menjadi peti harta karun. Aku akan diisi dengan emas, perak dan berbagai batu permata dan semua orang akan mengagumi keindahannya."

Kemudian pohon kedua berkata, suatu hari kelak aku akan menjadi kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman berada dekat denganku.

Akhirnya pohon ke tiga berkata, Aku ingin tumbuh menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan Tuhan. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang akan mengingatku.

Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul,sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu.

Pohon pertama dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat menjadi peti harta karun. Tetapi doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makan ternak. Ia hanya diletakkan di kandang dan diisi jerami.

Pohon ke dua dibawa ke galangan kapal. Ia berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi ia dipotong-potong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan kecil. Impiannya untuk menjadi kapal besar untuk mengangkut raja-raja telah berakhir.

Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan kayu besar dan dibiarkan terong gok dengan gelap. Tahun demi tahun berlalu, dan ketiga pohon itu telah melupakan impiannya.

Kemudian suatu hari, sepasang suami-istri tiba dikandang. Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di atas tumpukan jerami di kotak makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama. Orang-orang datang menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa didalamnya diletakkan harta terbesar sepanjang masa.

Bertahun-tahun kemudian, sekolompok laki-laki naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon ke dua. Ditengah danau, badai besar datang dan pohon kedua berpikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk melindungi orang-orang didalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri dan berkata "DIAM!" Tenanglah! dan badaipun berhenti. Ketika itu, tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala raja.

Akhirnya, seorang datang dan mengambil pohon ke tiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang memikulnya. Laki-laki ini kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat dengan Tuhan, karena Yesus yang disalibkan padanya.

KETIKA KEADAAAN TIDAK SEPERTI YANG ENGKAU INGINKAN, KETAHUILAH TUHAN MEMILIKI RENCANA UNTUKMU. JIKA ENGKAU PERCAYA PADA-NYA, IA AKAN MEMBERIMU BERKAT-BERKAT BESAR. KETIGA POHON MENDAPATKAN APA YANG MEREKA INGINKAN. TETAPI TIDAK DENGAN CARA SEPERTI YANG MEREKA BAYANGKAN. KITA TIDAK SELALU TAHU APA RENCANA TUHAN BAGI KITA. KITA HANYA TAHU BAHWA JALANNYA BUKANLAH JALAN KITA, TETAPI JALANNYA ADALAH YANG TERBAIK.
»»  READMORE...

Jangan Takut Jatuh....

Beberapa bulan yang lalu Madeleine mulai belajar untuk berdiri. Setiap waktu tanpa merasa lelah dia berusaha untuk berdiri. Barang apapun di sekitarnya dia pakai untuk membantu dia menegakkan kakinya yang kecil dan mungil itu.

Setiap kali dia berhasil berdiri sendiri, dia menolehkan mukanya ke arahku dan tertawa, seolah-olah mau pamer, “aku berhasil berdiri tanpa bantuanmu”. Dia sih senang saja. Aku takut setengah mati. Takut dia jatuh, melihat kakinya yang belum stabil betul. Saking takutnya sampai tiap kali dia berdiri, aku duduk bersila di belakangnya, jaga-jaga siapa tahu dia jatuh ke belakang.

Melihat aku duduk di belakangnya, dia malah memanfaatkan keberadaanku di situ. Dia menjatuhkan dirinya dengan sengaja ke belakang sehingga jatuh ke atas pangkuanku. Habis itu dia teriak, “Lagi ... lagi”. Maksudnya, tolong berdirikan aku lagi, biar aku bisa menjatuhkan diriku lagi. Ternyata dia menikmati sekali jatuh ke atas pangkuanku. Seolah-olah dia tahu, aku pasti akan menangkapnya dan tidak akan membiarkan dia jatuh. Seolah-olah dia yakin, ke manapun arah jatuhnya aku akan selalu menangkapnya.

Keyakinan seperti yang dimiliki Madeleine ini ingin sekali aku miliki ketika aku jatuh dan mengalami kepedihan dalam hidup. Keyakinan bahwa Bapaku tidak akan membiarkan aku mengalami kesakitan. Keyakinan bahwa Bapaku tidak mengenal lelah untuk selalu menangkap aku ketika aku jatuh. Bahwa aku tidak bisa jatuh lebih dalam lagi selain ke atas pangkuan Bapaku di surga.

Aku tahu bagaimana besar cintaku pada Madeleine, sehingga aku tidak akan membiarkan dia jatuh terjungkal dan kepalanya membentur lantai. Dan aku juga tahu bahwa cinta Bapaku padaku jauh lebih besar dari pada cinta terbesar yang mampu aku berikan pada Madeleine. Bila aku saja, yang hanya bisa mencinta dengan sangat terbatas, tidak akan membiarkan anakku jatuh selain ke atas pangkuanku, bagaimana dengan Dia yang bisa mencinta tanpa batas ?

Semestinya sampai di sini aku, sebagai anak-Nya, tidak perlu takut untuk jatuh. Tapi sering kali aku meragukan apakah Bapaku benar-benar akan menangkap aku bila aku jatuh. Sering aku jatuh, mengalami kepedihan hati dan pada saat itu aku tidak merasakan kehangatan pelukan tangan-Nya apalagi empuknya pangkuan tempat aku jatuh.

Padahal janji-Nya telah Dia berikan padaku di dalam kitab Yosua: “Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yos 1:5b). Janji yang seharusnya aku yakini sebagai janji yang pasti akan dipenuhi. Aku akan terus berusaha untuk meyakini janji-Nya ini. Sehingga suatu ketika nanti bila aku jatuh, aku tidak perlu menoleh ke belakang untuk memastikan apakah Bapa-ku bersila di belakangku. Karena aku yakin, Dia tidak akan pernah meninggalkan aku

»»  READMORE...

Saat aku memohon kepada Tuhan....

AKU MOHON PADA TUHAN

Aku mohon sekuntum bunga
Ia memberiku taman

Aku mohon sebatang pohon
Ia memberiku hutan

Aku mohon aliran sungai
Ia memberiku samudera

Aku mohon seorang sahabat
Ia memberiku “engkau”
»»  READMORE...

Bersyukur atas apa yang Tuhan sudah berikan...

Coba renungkan ini sebelum Anda mulai mengeluhkan berbagai hal yang terjadi dalam hidup anda…

1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa,
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda,
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup

6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul

8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan

9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan

10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,
Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

12. Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !


Jadi, berhentilah mengeluh, hadapilah manis pahitnya hidup dengan bersyukur terhadap semua yang telah Tuhan berikan kepadamu...
»»  READMORE...

Kisah Seekor Anjing Kecil

Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. Kata kuda itu : “Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.

Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemooh.

Teriak seekor domba : “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi…..

Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu.

“Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga disini, sayalah hewan yang paling tidak berguna disini.”

Kata anjing tua itu : “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan. ”

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.

Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta berkata : “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih……”

Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang kamu dapat lakukan, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya.

Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan.
»»  READMORE...

22.5.10

FATHER'S LOVE LETTER --VIDEO



Surat dari Bapa Surgawi yang Indah untuk kita anak-anakNya
»»  READMORE...